TEBARPESONA KEINDAHAN ATAU MANIPULASI DALAM KOMUNIKASI

19
Jul 2024
Kategori : Opini
Penulis : Najwa Isna,. S.Pd
Dilihat :80x

Tebarpesona dalam konteks komunikasi ialah fenomena yang menimbulkan perdebatan mengenai apakah itu lebih merupakan representasi keindahan atau manipulasi.

Dalam pandangan keindahan, tebarpesona dapat dipandang sebagai ekspresi yang memancarkan pesona dan daya tarik tertentu. Disaat seseorang menggunakan tebarpesona, mereka dapat menampilkan kualitas yang menarik perhatian orang lain, seperti kecerdasan, keahlian berbicara, atau karisma yang kuat. Dalam hal ini, tebarpesona dapat dipandang sebagai kekuatan komunikasi yang memperkaya hubungan sosial dan memfasilitasi pemahaman antarindividu.

Tapi, ada juga pandangan yang menganggap tebarpesona sebagai bentuk manipulasi dalam komunikasi. Dalam konteks ini, tebarpesona digunakan dengan maksud memengaruhi orang lain secara tidak jujur atau memanipulasi persepsi mereka. Dalam situasi ini, tebarpesona dapat menjadi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pribadi atau kelompok, tanpa memperhatikan kebenaran atau integritas informasi yang disampaikan.

Pada hakekatnya, tebarpesona seringkali memiliki unsur kedua pandangan tersebut. Dengan kata lain, tebarpesona dapat digunakan sebagai alat yang membawa keindahan dan daya tarik, tetapi juga dapat disalahgunakan untuk memanipulasi orang lain. Oleh karena itu, penting untuk menjadi konsumen komunikasi yang kritis dan mempertimbangkan konteks, niat, dan akibat dari penggunaan tebarpesona.

Dalam konteks komunikasi yang sehat dan etis, tebarpesona yang positif dapat digunakan untuk membangun hubungan yang kuat, menginspirasi orang lain, dan memfasilitasi pertukaran ide yang bermanfaat. Namun, tebarpesona yang manipulatif dapat merusak kepercayaan, menciptakan ketidakjujuran, dan merusak hubungan sosial yang sehat.

Tebarpesona dalam komunikasi dapat memiliki aspek keindahan dan manipulasi. Penting bagi individu untuk memahami konteks dan niat di balik penggunaan tebarpesona, serta menjadi konsumen komunikasi yang kritis. Dengan demikian, dapat dibangun komunikasi yang lebih bermakna, jujur, ikhlas dan tidak dibyang-bayang dengan kepentingan.

Oleh: Dr. Kamaruzzaman. M.A (Ketua Prody KPI Pascasarjana IAIN Lhokseumawe)

1 Komentar

Najwa Isna,. S.Pd
Sabtu 20 Jul 2024

terimakasih

Balas

Tinggalkan komentar