Home / Opini / DAYAH DAN TRANSMISI ILMU-ILMU KEISLAMAN DI ACEH (Studi Kasus di Dayah Al-Karim)

DAYAH DAN TRANSMISI ILMU-ILMU KEISLAMAN DI ACEH (Studi Kasus di Dayah Al-Karim)

Oleh:
Nayla Niata & Mukarramah Safitri*

*Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe

Pendahuluan

Artikel ini secara umum mengkaji peran dayah di Aceh dalam mentransmisikan ilmu-ilmu keislaman. Secara khusus, kajian ini berfokus pada dua aspek utama. Pertama, mengungkap sejarah dan pertumbuhan Dayah Al-Karim; dan kedua, menggali bagaimana peran dayah ini dalam membelajarkan kitab kuning sebagai bagian dari sistem pendidikan Islam tradisional di Aceh.

Penelitian ini dilakukan melalui wawancara langsung dengan Tgk. Muhammad Ar-Rafig, pimpinan Dayah Al-Karim, pada tanggal 5 Oktober 2024. Wawancara tersebut merupakan bagian dari metode penelitian kualitatif yang digunakan untuk mengkaji sistem pendidikan dan pengelolaan dayah salafi. Pendekatan deskriptif digunakan guna menggali informasi secara mendalam tentang struktur, kurikulum, serta nilai-nilai yang diterapkan di dayah tersebut.

Sejarah dan Perkembangan Dayah

Dayah Al-Karim resmi didirikan pada 14 Oktober 2023 oleh Tgk. Muhammad Abdurrahim, yang lebih dikenal sebagai Tgk. Muhammad Ar-Rafig. Dayah ini berlokasi di Kampung Blang Paku, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah. Pendirian dayah ini berangkat dari semangat khidmat Tgk. Muhammad Ar-Rafig kepada gurunya. Beliau pernah menimba ilmu selama 14 tahun di Pesantren Bustanul Arifin, Bale Atu, Pondok Sayur, Jawa. Setelah menyelesaikan pendidikannya, gurunya mengamanahkan beliau untuk mendirikan sebuah pesantren. Amanah ini disambut penuh keikhlasan dan semangat, dan akhirnya membuahkan Dayah Al-Karim.

Nama “Al-Karim” sendiri diambil dari nama gurunya, Kyai Abdul Karim, yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo di Desa Dingayan, Kawedanan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Nama ini dipilih agar keberkahan ilmu sang guru terus mengalir dan bersemayam di pesantren ini.

Perkembangan Dayah Al-Karim tidak terlepas dari dukungan penuh masyarakat sekitar. Masyarakat menunjukkan antusiasme tinggi dalam membangun pendidikan agama yang baik, karena hubungan sosial yang dibangun oleh Tgk. Muhammad Ar-Rafig sangat harmonis dan terbuka. Dayah ini mulanya hanyalah sebuah TPA kecil dengan hanya empat murid—tiga di antaranya adalah anak kandung pendiri dayah dan satu anak dari desa tetangga. Namun dalam waktu sebulan, jumlah murid bertambah signifikan, dan kini mencapai 120 orang.

Salah satu prinsip yang dipegang teguh oleh Tgk. Muhammad Ar-Rafig adalah tidak ingin kehadirannya merusak sistem pengajian yang telah lebih dulu ada di kampung tersebut. Ia sangat memahami bahwa sering kali pendirian pesantren baru menyebabkan konflik dan menyingkirkan pesantren lama. Oleh sebab itu, beliau selalu merangkul tokoh-tokoh masyarakat seperti ustaz, reje, imam kampung, dan tokoh lainnya demi terciptanya komunikasi dan koordinasi yang baik.

Sistem pembelajaran di dayah ini dirancang menyenangkan dan tidak menekan santri. Beliau meyakini bahwa anak-anak akan lebih mudah menyerap pelajaran jika mereka merasa senang dan tidak dipaksa. Salah satu bukti keberhasilan metode ini adalah ada seorang santri yang dalam waktu enam bulan mampu membaca Al-Qur’an, meskipun sebelumnya hanya bisa membaca Iqra’ 1. Hingga saat ini, belum ditemukan respon negatif dari masyarakat terhadap keberadaan dayah ini. Bahkan, dayah ini sering dijadikan tempat musyawarah dan pusat kegiatan masyarakat sekitar. Namun demikian, Tgk. Muhammad Ar-Rafig tetap menjaga sikapnya untuk tidak terlalu ikut campur karena ia sadar bahwa dirinya masih dianggap sebagai pendatang.

Dayah dan Transmisi Ilmu-ilmu Keislaman

Dayah Al-Karim saat ini telah memiliki asrama untuk para santri. Namun, untuk pelajaran umum seperti Matematika, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Alam, para santri masih mengikuti pembelajaran di sekolah lain yang telah bekerja sama dengan pihak dayah. Hal ini bertujuan agar mereka tetap mendapatkan ijazah setara dengan jenjang SMP dan SMA. Tgk. Muhammad Ar-Rafig sedang berupaya mendirikan sekolah sendiri di lingkungan dayah, dengan dukungan tenaga pengajar dari sekolah mitra agar pembelajaran umum dan agama dapat berjalan secara terpadu.

Dalam proses transmisi ilmu-ilmu keislaman, Dayah Al-Karim menggunakan kurikulum salafiah yang berlandaskan mazhab Syafi’i. Kitab-kitab yang diajarkan termasuk kitab-kitab klasik yang otoritatif dalam khazanah keilmuan Islam. Untuk mata pelajaran Al-Qur’an, digunakan kitab Pelajaran Tajwid karya Muhammad Arshad Thalib Lubis. Dalam bidang Nahwu, santri mempelajari kitab Jurumiyah karya Imam Shanhaji. Pelajaran Fiqh diajarkan melalui kitab Matan Taqrib yang ditulis oleh Abu Shuja Al-Isfahani. Untuk ilmu Tauhid, digunakan kitab Aqidatul Awwam karya Syekh Ahmed Al-Marzouqi. Dalam bidang Tasawuf, santri mempelajari kitab Nasaikhul Ibad karya Shihab Al-Din Ahmad bin Hajar Al-Asqalani. Pembelajaran Bahasa Arab menggunakan kitab Pintar dan Menulis Arab Pegon Jilid 1 (berbahasa Arab-Jawa) terbitan Madrasah Hidayatul Mubtadi’in. Sementara itu, pelajaran Hadis menggunakan kitab Mukhtar Al-Hadist Nabawi karya alm. Tuan Ahmed Al-Hashemi, yang pernah menjabat sebagai direktur sekolah Fouad I dan juga merupakan putra mahkota.

Penutup Dayah Al-Karim yang didirikan pada 14 Oktober 2023 oleh Tgk. Muhammad Abdurrahim merupakan wujud nyata dari pengabdian seorang murid kepada gurunya. Dayah ini berkembang dari sebuah TPA kecil menjadi lembaga pendidikan agama yang cukup besar, didukung penuh oleh masyarakat sekitar. Filosofi pendidikan yang menekankan pada kebahagiaan dan kenyamanan anak-anak menjadikan metode pembelajaran di dayah ini sangat efektif. Dalam hal transmisi keilmuan, dayah ini konsisten menggunakan kitab-kitab klasik mazhab Syafi’i sebagai rujukan utama. Meskipun belum memiliki sekolah formal sendiri, upaya ke arah tersebut sedang dijalankan secara bertahap. Dengan dukungan masyarakat dan pendekatan pendidikan yang moderat dan menyenangkan, Dayah Al-Karim telah menjadi pusat pembelajaran Islam yang memberi kontribusi nyata bagi masyarakat sekitarnya.[]

Tinggalkan Balasan