Home / Opini / Dayah dan Transmisi Ilmu-Ilmu Keislaman di Aceh (Studi Kasus di Dayah Sirajul Mudi Al-Aziziyah)

Dayah dan Transmisi Ilmu-Ilmu Keislaman di Aceh (Studi Kasus di Dayah Sirajul Mudi Al-Aziziyah)

Oleh:
Alya Salsabila & Ilhamsyah

*Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe

Pendahuluan

Dayah Sirajul Mudi Al-Aziziyah merupakan salah satu institusi pendidikan Islam tradisional yang memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya di Aceh. Sebagai dayah yang memiliki akar sejarah kuat, Sirajul Mudi Al-Aziziyah tidak hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga sebagai tempat penanaman nilai-nilai filosofis dan pemikiran ilmiah. Melalui pengajaran Al-Qur’an, hadis, fikih, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya, dayah ini berupaya menjaga kemurnian nilai-nilai Islam sekaligus mendorong para santri untuk memahami serta mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan filsafat ilmu dalam pengajaran di Dayah Sirajul Mudi Al-Aziziyah. Selain itu, penelitian ini juga menyoroti ketahanan dan kemampuan adaptasi dayah terhadap perubahan zaman serta perannya dalam membentuk generasi santri yang memahami filsafat ilmu dalam konteks keislaman. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kontribusi dayah dalam pengembangan pemikiran ilmiah dan moral di kalangan santri.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi lapangan (field research) guna memperoleh data mendalam mengenai Dayah Sirajul Mudi Al-Aziziyah. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan para pengajar dan santri, serta observasi langsung terhadap proses belajar-mengajar dan aktivitas keseharian di lingkungan dayah. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari literatur yang berkaitan dengan sejarah dayah dan filsafat ilmu.

Analisis data dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan mengolah, menafsirkan, dan memaparkan data secara sistematis untuk menggambarkan bagaimana penerapan filsafat ilmu diterapkan dalam praktik pendidikan di dayah tersebut.

Sejarah dan Perkembangan Dayah

Dayah Sirajul Mudi Al-Aziziyah (disingkat SIRMA) berlokasi di Desa Trieng Gadeng, Kecamatan Makmur, Kabupaten Bireuen. Dayah ini didirikan pada 1 Juni 2007 oleh Tgk. H. Said Salami (akrab disapa “Waled”). Niat untuk mendirikan tempat pengajian sudah muncul sejak Waled menimba ilmu di Dayah MUDI Mesra Samalanga (1995–2006), tempat beliau juga sempat menjabat sebagai dewan guru dan mengemban sejumlah tanggung jawab struktural. Atas dasar dukungan masyarakat dan hasil musyawarah, beliau kemudian mendirikan dayah di tengah pedesaan yang strategis tersebut.

Pada awalnya, dayah ini memiliki sekitar 50 santri dari berbagai tingkatan (TPA hingga ula), baik santri mukim maupun tidak mukim. Seiring waktu, santri berdatangan dari luar daerah, termasuk Takengon dan Aceh Utara. Saat ini, jumlah santri telah mencapai 199 orang dengan fasilitas 5 asrama (meskipun sebagian sudah tidak layak huni), 7 ruang pengajian, dan 2 musalla darurat.

Guru-guru di Dayah Sirajul Mudi Al-Aziziyah umumnya adalah alumni dari Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga. Kompetensi mereka mencakup:

  • Pedagogik: Mampu merancang dan mengevaluasi pembelajaran.
  • Kepribadian: Berakhlak baik dan menjadi teladan bagi santri.
  • Profesional: Menguasai materi ajar dan mengikuti perkembangan kurikulum.
  • Sosial: Mampu berkomunikasi efektif dan membangun relasi baik.
  • Spiritual: Memiliki pemahaman agama yang dalam dan menjadi panutan ibadah.
    Kendati demikian, masih diperlukan penguatan dalam pemanfaatan teknologi dan pengembangan keterampilan interpersonal.

Transmisi Ilmu-Ilmu Keislaman

Dayah Sirajul Mudi memiliki sistem pengajaran yang terstruktur dari kelas 1 hingga kelas 5 dengan mata pelajaran utama seperti Fikih, Aqidah, Nahwu, Sharaf, Tasawuf, Hadis, Mantiq, Ushul Fikih, Tafsir, dan lain-lain. Pengajaran dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu malam dan pagi (zuha), dengan sistem rotasi kitab per kelas.

Beberapa kitab yang diajarkan antara lain:

  • Fikih: Matan at-Taqrib (Abi Suja’), Al-Bajuri, Fath al-Qarib, Al-Mahalli.
  • Tasawuf: Taisir al-Akhlaq (Hafidh Hasan), Taklim al-Muta’allim (Az-Zarnuji), Daqa’iq al-Akhbar.
  • Nahwu: Matan al-Ajrumiyyah (Ibnu Ajurrum), Syarh Ibnu Aqil, Alfiyah Ibn Malik.
  • Tauhid: Kifayat al-Awam (Syafi’), Tijan al-Darari (al-Jawi), Hudhudi.
  • Mantiq: Sulam al-Munawraq, Idhah al-Mubham, Isaghuji.
  • Hadis: Majalis al-Samiah, Minhatul Mughis, Musthalah Hadis (Mahmud Thahhan).
  • Tarikh dan Tafsir: Nur al-Yaqin, Tafsir al-Shawi, Khulasah.

Metode pengajaran di dayah ini bersifat halaqah (lingkaran) dengan pendekatan talaqqi dan musyawarah. Setiap guru ditempatkan berdasarkan kompetensinya setelah melalui proses seleksi. Saat ini terdapat 15 guru tetap dan 4 guru bantu. Seluruh pengajar adalah alumni dayah-dayah terkemuka di Aceh, yang dikenal konsisten dalam menjaga nilai-nilai ahlussunnah wal jama’ah.

Penutup

Dayah Sirajul Mudi Al-Aziziyah memainkan peran penting dalam pelestarian dan transmisi ilmu-ilmu keislaman di Aceh. Sejak didirikan pada tahun 2007 oleh Tgk. H. Said Salami, dayah ini telah berkembang dari segi jumlah santri, kualitas pengajaran, dan kurikulum. Dengan tetap menjaga nilai-nilai tradisi dan mengadaptasi tuntutan zaman, dayah ini menjadi pilar penting dalam pendidikan Islam tradisional di Aceh. Penggunaan kitab-kitab klasik sebagai sumber utama pembelajaran menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan warisan keilmuan Islam. Meski masih menghadapi tantangan fasilitas dan teknologi, semangat dan dedikasi para guru dan santri menjadikan dayah ini sebagai pusat pembinaan ilmu dan akhlak yang hidup dan dinamis.

Tinggalkan Balasan