Oleh: Elfrida Putri Aulia
Penulis Merupakan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe
Di tengah derasnya arus digitalisasi, pernahkah kita bertanya: apakah Bahasa Indonesia masih menjadi alat komunikasi yang efektif dan berbudaya? Media sosial dan platform daring kini mendominasi interaksi sehari-hari. Namun, di balik kemudahan dan kecepatan komunikasi digital, muncul tantangan besar: mampukah kita tetap menjaga kesatuan, identitas, serta nilai-nilai luhur bangsa melalui bahasa?
Globalisasi dan penggunaan bahasa asing yang semakin meluas mendorong kita untuk kembali merefleksikan peran penting Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, melainkan jembatan kebudayaan yang memperkuat jati diri bangsa.
Bahasa Indonesia dan Tantangan Dunia Digital
Bahasa Indonesia tetap menjadi simbol persatuan nasional. Namun, di era media sosial, penggunaannya sering kali terpengaruh oleh trend digital yang cenderung abai terhadap kaidah dan kesantunan berbahasa. Fenomena penggunaan bahasa campuran, singkatan tidak baku, dan gaya komunikasi serba cepat dapat menurunkan kualitas serta keanggunan bahasa kita. Jika tidak disikapi dengan bijak, hal ini berpotensi mengikis identitas kebangsaan.
Bahasa bukan hanya sarana menyampaikan pesan, tetapi juga cermin karakter dan cara berpikir penggunanya. Oleh karena itu, penguasaan Bahasa Indonesia harus diiringi dengan kesadaran berbudaya. Generasi muda memiliki peran penting dalam menjaga mutu berbahasa agar tetap sopan, komunikatif, dan relevan di ruang digital.
Data dan Fakta: Bahasa di Tengah Ledakan Digital
Menurut laporan We Are Social & Hootsuite (2024), Indonesia memiliki lebih dari 210 juta pengguna internet, atau sekitar 77% dari total populasi. Sebagian besar masyarakat kini aktif berkomunikasi melalui platform digital setiap hari. Sementara itu, survei Kemendikbudristek (2023) menunjukkan bahwa lebih dari 60% pelajar dan mahasiswa kerap menggunakan bahasa tidak baku atau campuran bahasa asing saat berinteraksi di media sosial. Data ini menggambarkan adanya pergeseran gaya bahasa yang perlu diantisipasi agar Bahasa Indonesia tidak kehilangan keasliannya.
Menanamkan Literasi Bahasa Sejak Dini
Untuk menjaga martabat Bahasa Indonesia di era digital, literasi bahasa perlu ditanamkan sejak dini. Sekolah dan lembaga pendidikan memiliki peran strategis dalam menumbuhkan kebanggaan berbahasa Indonesia yang baik, benar, dan juga santun. Selain itu, para pengguna media sosial juga perlu menjadi teladan dalam berkomunikasi dengan bahasa yang beretika, tidak menyinggung, serta tetap mencerminkan nilai-nilai kebangsaan.
Dapat disimpulkan, Bahasa Indonesia adalah cermin budaya dan identitas bangsa. Di tengah arus globalisasi dan derasnya pengaruh teknologi, kita tidak boleh membiarkan kualitas bahasa tergeser oleh trend sesaat. Justru di era digital inilah, kemampuan berbahasa yang efektif dan berbudaya menjadi kunci untuk menjaga keutuhan, karakter, dan martabat bangsa. Mari menjadi generasi yang tidak hanya cakap digital, tetapi juga bijak dan berbudaya dalam berbahasa. Kuasai Bahasa Indonesia, lestarikan identitas bangsa!









