Kesombongan merupakan salah satu sifat yang sangat dikecam dalam Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman bahwa Ia tidak menyukai orang-orang yang sombong dan angkuh. Membedah kesombongan melalui tafakkur merupakan langkah penting untuk memahami hakikat diri kita.
Tafakkur, atau merenung, adalah aktivitas yang memungkinkan kita untuk melihat ke-dalaman jiwa dan menyadari kelemahan diri. Proses ini, kita diajak untuk bertanya “Apa yang membuat saya ini merasa lebih baik dari orang lain?” dan “Apakah semua yang saya miliki adalah hasil usaha saya semata?” Pertanyaan-pertanyaan ini dapat membuka mata hati kita, sehingga kita menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah anugerah dari pemilik alam semesta Ilahi Rabbi, yang dititipkan buat sementara disisi kita.
Melalui tafakkur, kita dapat menggali betapa rapuhnya posisi kita di hadapan Allah. Kesombongan sering kali muncul dari ketidakpahaman tentang asal-usul kita. Kita adalah makhluk yang diciptakan dari tanah, dan pada akhirnya akan kembali ke tanah, sehingga tidak ada arti kita memperolehnya itu semua bila melalui proses-yang salah, serta mendhalimi sesama manusia.
Pada konteks dakwah, kita diajak untuk menyebarkan nilai-nilai kerendahan hati. Mengingatkan diri dan orang lain bahwa semua manusia setara di hadapan Allah. Dengan demikian, tafakkur menjadi alat yang efektif untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menghindari sikap sombong, karena tidak ada yang kekal sesuatu yang saat ini kita miliki, apakah itu harta, jabatan, dan mahligai.









