Oleh: Rezeki hayati
Penulis merupakan Mahasiswi Prodi Komunikasi Dan Penyiaran Islam UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa dua orang bisa melihat peristiwa yang sama dengan cara yang sangat berbeda? Bagaimana berita yang sama bisa membuat sebagian orang merasa cemas, sementara yang lain tetap tenang dan optimis? Jawabannya terletak pada peran pers dan bagaimana media membentuk opini publik. Pers bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga memengaruhi persepsi masyarakat terhadap suatu kejadian. Dengan kata lain, berita bisa mengubah cara kita menafsirkan dunia di sekitar kita.
Pers memegang posisi penting dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat modern. Melalui seleksi berita, framing, dan sudut pandang yang dipilih, media membantu masyarakat menentukan isu mana yang dianggap penting, bagaimana menilainya, dan apa yang perlu menjadi perhatian publik. Misalnya, ketika media memberitakan isu lingkungan dengan fokus pada kerusakan hutan dan polusi udara, pembaca atau penonton cenderung menjadi lebih peduli terhadap isu lingkungan. Sebaliknya, jika berita disajikan secara minim atau terkesan sepele, masyarakat mungkin menganggap masalah tersebut tidak terlalu penting.
Contoh nyata dapat kita lihat pada pemberitaan tentang pandemi COVID-19. Media di berbagai negara memiliki cara yang berbeda dalam memberitakan kasus, tingkat risiko, dan langkah pemerintah. Di beberapa negara, liputan yang menekankan angka kematian dan risiko tinggi membuat masyarakat lebih waspada dan patuh pada protokol kesehatan. Sementara di negara lain, liputan yang lebih menekankan pada pemulihan ekonomi dan keberhasilan pengendalian virus membuat sebagian masyarakat tetap tenang dan fokus pada aktivitas ekonomi. Dari sini terlihat bagaimana berita dapat membentuk persepsi, bahkan memengaruhi perilaku sosial dan ekonomi masyarakat.
Selain itu, peran pers kini semakin kompleks karena kehadiran media digital dan media sosial. Setiap orang bisa membagikan berita, menambahkan komentar, atau bahkan mengubah narasi sesuai sudut pandangnya. Fenomena ini memberi ruang bagi pembentukan opini publik yang lebih dinamis, tetapi juga berisiko menimbulkan bias dan penyebaran informasi yang tidak akurat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tetap kritis dan selektif dalam menerima informasi.
Pers bukan hanya menjadi sarana penyampaian fakta, tetapi juga agen pembentuk opini publik. Melalui pemberitaan yang jujur, berimbang, dan etis, pers dapat mendorong masyarakat untuk berpikir kritis, memahami isu dengan lebih mendalam, dan mengambil keputusan yang lebih bijak. Sebaliknya, berita yang tidak akurat atau berpihak dapat membentuk opini publik yang salah, menimbulkan kebingungan, bahkan konflik sosial.
Dengan demikian, memahami hubungan antara pers dan opini publik bukan sekadar penting bagi para jurnalis, tetapi juga bagi setiap individu sebagai konsumen informasi. Kesadaran untuk memilah berita, menganalisis sumber, dan menilai sudut pandang yang disajikan menjadi kunci agar kita dapat membentuk opini yang sehat dan objektif. Dengan begitu, kita tidak hanya menjadi penonton berita, tetapi juga partisipan aktif dalam membentuk pemahaman kita terhadap dunia.









